Selasa, 03 Mei 2016

Doa Penangkal Maling


Masjid Syek Kholil Bangkalan

Sore itu Syekh Kholil tengah mengajar santri-santrinya ilmu Nahwu. Ketika sedang asyiknya mengaji datanglah seorang tamu dari desa.
“Assalamu’alaikum Syekh.....” terdengar salam dari tamu itu.
“Wa’alaikum salam. Silahkan duduk Pak,” jawab Syekh Kholil.
Tampaknya tamu tersebut tengah membutuhkan penanganan serius, sementara Syekh mesti mengajar. Syekh memilih segera menemui sang tamu.
“Kira-kira apa yang bisa saya bantu Pak?” Tanya Syekh penuh perhatian.
“Begini Syekh. Saya hendak panen melon, sementara akhir-akhir ini banyak maling yang suka menjarah hasil panenan. Saya mohon Syekh memberi saya doa.”
Syekh diam sejenak. Kebetulan, sebelum kedatangan tamu, Syekh tengah mengajar santri pemula tentang Nahwu. Sampailah pada contoh kalimat ‘QOOMA ZAIDUN’ (Zaidun berdiri).
Spontan Syekh berkata: “Baca doa ini ya “QOOMA ZAIDUN” sambil mengitari sawah, menjelang panen sebanyak-banyaknya ya Pak!”
“QOOMA ZAIDUN. Begitu Syekh?”
“Ya betul! Sudah hafal kan?”
“Sudah Syekh. Terima kasih  ya Syekh.” Sang tamu pamit dan menjabat tangan Syekh dengan penuh girang.
Benar saja, malam menjelang panen Pak Tani membaca wiridan “QOOMA ZAIDUN...... QOOMA ZAIDUN...... QOOMA ZAIDUN......” sebanyak-banyaknya sambil mengitari sawahnya.
Esoknya, ketika Pak Tani beserta warga lain yang hendak memanen melon, dikejutkan oleh tiga orang yang tengah diam berdiri seperti patung. Mereka hanya terdiam tidak bisa menggerakkan tangan maupun kakiknya. Dari raut wajahnya tampak pada ketakutan melihat pemilik sawah dan kawan-kawannya pada berdatangan.
“Ooo, rupanya kalian malingnya toh!” Seru Pak Tani sambil memandang para maling yang pada gemetran itu.
Pak Tani baru sadar ternyata semalam sawahnya benar-benar kedatangan maling. Doa yang dibacanya tampaknya diterima Allah SWT, sehingga tiga maling di sawah itu tak berdaya.
“Alhamdulillah....” Seru Pak tani tertawa lebar. 
Singkat cerita tiga maling tersebut akhinrnya diampuni dan disuruh pulang tanpa dilukai sedikitpun.
Dan Pak Tani pun tidak sadar bahwa doa yang dibacanya boleh dikata seperti “guyonan” saja, seolah-olah dia tengah banyak melakukan amalan-amalan doa. Sebenarnya, nun jauh di sana, Wali Allah Syekh Kholil Bangkalan tengah khusyuk bermunajat, agar apa yang dikeluhkan oleh Pak Tani diberi jalan keluar oleh Allah SWT.
(ALI SHODIQIN)
(Sebagaimana diceritakan oleh KH. Roni Semarang, dalam acara Patbelasan plus Harlah NU ke-93, yang diselenggarakan oleh PCNU Rembang, 21 April 2016, di Ponpes Raudhatut Tholibin Leteh Rembang).