Ini zaman adalah zaman kelimpahan. Artinya, semua barang kebutuhan manusia melimpah ruah. Untuk satu kebutuhan saja, sebuah rumah tangga akan memiliki banyak barang. Untuk sekedar tempat sampah, walaupun ada tempat sampah yang lama, tetap beli baru karena bentuknya baru dan lebih unik. Barang kebutuhan saat ini sifatnya tidak lagi karena butuh, tapi butuh dan menghibur.
Demikian juga dengan handphone atau HP. Karena orang tua pada
pegang HP masing-masing dua buah, maka si anak bisa memakai salah satunya untuk
main game. Bahkan, dibelikan baru oleh orang tuanya. Bahkan, lebih bagus dari
milik orang tua. Setiap anak, satu HP. Hitunglah, ada berapa HP di rumah.
Gambaran ini adalah untuk orang yang cukup berada. Bagi orang ekonominya menengah
ke bawah, HP menjadi tersedia karena tuntutan belajar daring. Semenjak ada
pandemi covid-19. Bisa dipastikan, saat ini, akhir-akhir ini, hampir setiap
anak negeri memegang HP sendiri. Jangan ditanyakan, bagaimana dengan kuotanya?
Jika si anak sudah pegang HP, maka kewajiban orang menjadi dobel.
Tidak semata mengawasi keseharian mereka, tapi juga memelototi HP mereka.
Seperti apakah anak-anak pegang HP. Saking seringnya ber-HP ria, si anak
menjadi sangat lincah. Mereka bisa berselancar apa saja, selain untuk belajar.
Kepekaan mereka, kepedulian mereka, makin tertumpu pada HP. Begitu
terus-menerus sehingga kepedulian di dunia nyata terabaikan. Komunikasi mereka
menjadi terhambat, karena pikiran mereka melulu di dunia maya. Jika sudah
sejauh ini, orang tua harus pontang-panting untuk mencari pengobatan.
Pengobatan kejiwaan. Ini sunguh mengerikan. Dan ini baru satu hal.
Ada hal-hal lain yang juga harus jadi perhatian. Jika anak
ber-medsos ria, jangan-jangan hoax, radikalisme, ujaran kebencian, dan lainnya,
juga menyasar mereka. Remaja dan anak-anak adalah ladang empuk bagi sesuatu
yang baru. Sungguh berbahaya jika yang baru itu adalah hal buruk yang merusak
akal sehat.
Sejak dini, orang tua harus hadir di kehidupan anak-anak yang sudah
akrab dengan HP ini. Orang tua harus mendampingi anak-anak. Orang tua harus
menjadi sahabat anak-anak. Dengan berlindung di balik belajar daring demi
mengejar pendidikan di masa pandemi, jangan sampai ada penyusup di dunia anak-anak
kita. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar