Sabtu, 29 Mei 2021

BERAGAMA ITU SANTUN

Fatim dan Sonya adalah gadis kecil kelas satu SD yang bersahabat. Mereka bertetangga dekat. Mereka selalu terlihat bermain bersama. Main pasaran bersama. Meski berbeda agama, mereka sungguh tidak cangungg. Tentu bagi anak kecil seperti mereka tidak mengerti apa itu agama. Yang mereka tahu adalah berteman. Bersahabat. Berkarib.

Kedekatan mereka terbawa hingga ke tempat mengaji Fatim. Ketika Fatim berangkat mengaji di sebuah TPQ tidak jauh dari rumahnya, kerapkali Sonya ikut. Bahkan ikut membawakan buku Iqro’ nya Fatim. Bahkan ikut mengantrikan Iqro’ temannya itu. Ketika tiba giliran Fatim, Sonya segera mengingatkan.

Penulis sebagai guru ngajinya Fatim membiarkan keunikan dua gadis ini terjadi di depan mata. Tetangga yang melihat juga tampak gumun, ada anak beragama Nasrani ikut duduk di dampar TPQ.

Yang penulis pikirkan adalah, untuk tataran pergaulan, bagi orang dewasa yang berbeda agama tentunya bisa meniru anak kecil. Ada saatnya harus beribadah, maka itu urusan masing-masing. Namun di saat urusan dunia, bisa saling bergaul. Apalagi jika orang lain agama itu adalah tetangga sendiri. Maka sikap orang muslim adalah sebagaimana digariskan oleh Rasulullah SAW, yaitu muliakanlah tetangga.

Rasulullah sendiri mencontohkan di masa hidupnya, betapa Beliau bisa bergaul dengan manis terhadap orang lain yang tidak seiman. Menuju era kekinian, sebagian orang Islam menerapakna agamanya dengan cara kasar dan galak. Dengan kasar dan galak dalam beragama, itu sama saja mencoreng agama itu sendiri. Islam adalah agama selamat. Agama yang santun. Agama Rahmatan lil alamin.

Syukurnya negeri Indonesia yang kaya dan hijau ini. Banyak suku dan budaya serta beragam agama. Ada hujan dan panas yang memakmurkan. Ada Walisongo yang berdakwah negeri ini dengan penuh kearifan. Tidak terlalu ke kiri dan tidak terlalu ke kanan. Tapi di tengah-tengah. Dengan budi pekerti. Dengan santun. Semuanya bisa menerima dengan indahnya. Maka jayalah negeri Indonesia dalam bingkai Pancasila dan NKRI.  

Rasulullah bersabda;  “Sungguh saya diutus semata untuk menyempurnakan akhlak.”  (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar