Jika kita melihat kisah-kisah Wali Allah, justru yang menonjol dari
para wali itu adalah karena perilakunya. Atau istilah umumnya adalah saleh
sosial. Karena saleh ritualnya para wali tidak lagi diragukan kualitasnya,
sehingga jarang orang yang mengungkap.
Contoh saleh sosial para wali ini adalah sebagaimana penulis
ceritakan pada tulisan lainnya. Yaitu kisah Kiai Imam Sarang yang membuang
bandengnya ke sungai. Kiai Imam yang pengasuh Pondok Pesantren MIS Sarang ini
begitu mudahnya membuang ikannya ke sungai dengan maksud agar dipanen oleh
masyarakat. Ini adalah salah contoh saleh sosial yang tidak biasa, alias luar
biasa.
Contoh lainnya, Imam Hasan Basri yang hidup di rumah susun di kota
Basrah Irak, bertetangga dengan orang Nasrani yang berada di tingkat atasnya.
Tidak disangka, di kamar Imam Hasan menetes air dari atas. Dari kamar mandinya
orang yang bertempat di atasnya. Syeh Hasan Basri diam saja, tidak melapor pada
yang bersangkutan. Sang Imam hanya menampung dan membuangnya keluar. Hingga
suatu hari Imam Hasan sakit. Dan tetangga Nasrani yang bertempat di atasnya
menengok Imam Hasan. Barulah sang tetangga tahu, bahwa selama ini air kamar
mandinya menetes di kamarnya Imam Hasan. Dan yang mengejutkan, hal itu
berlangsung selama 20 tahun. Akhirnya si tetangga masuk Islam.
Masih ada contoh lainnya. Peristiwa unik terjadi pada masa
Kesultanan Murad. Ada seorang tua yang suka membeli minum-minuman keras di
toko-toko. Sehingga masyarakat mengenalnya sebagai pemabuk berat. Ternyata, si
kakek melakukan itu adalah untuk dibuang isinya di toilet, untuk mengurangi
jumlah minuman di toko, agar tidak dibeli pemuda. Istrinya mengingatkan, nanti dikhawatirkan
tidak ada tetangga yang mengurus jika si kakek meninggal. Karena si kakek
dikenal sebagai pemabuk berat. Tapi si Kakek tenang saja, katanya nanti yang
mengurus dirinya kala meninggal adalah seorang Sultan. Benar saja, si kakek
meninggal di jalan. Tidak ada orang yang peduli. Sehingga lewatlah Sultan Murad
dan tentaranya. Sebagai seorang muslim yang baik, Sultan membawa pulang jenazah
itu ke rumahnya untuk di urus. Dan Sultan mendengar cerita istrinya, tentang
kebiasaan kakek yang memborong minuman keras. Dan kelak yang akan mengurus
jenazah Si Kakek adalah seorang Sultan. Sadarlah Sultan Murad, jenazah di
depannya itu adalah seorang Wali Allah. Segera masyarakat di beritahu. Dan
mereka dengan senang hati mengurus jenazah Si Kakek yang ternyata bukan orang
sembarangan.
Tentu, sekecil apapun saleh sosial harus dilatih dan dipraktekkan,
walaupun itu sekedar menyingkirkan duri yang mengganggu di jalanan. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar