Kamis, 20 Oktober 2016

Sesaat Bertemu Wali Allah


Abdullah bin Mubarok adalah seorang tokoh ulama yang terkenal dengan doanya yang makbul. Banyak masyarakat yang tercapai hajatnya setelah meminta didoakan oleh Sang Kiai.
Suatu hari Kiai Abdullah melihat kerumunan di sebuah tanah lapang yang luas. Sang Kiai mendekat kerumunan tersebut, dan ternyata orang-orang pada menunaikan salat Istisqa’, salat minta hujan. Kiai Abdullah nimbrung disana, ikut berdoa. Tanpa sengaja Kiai berdiri tidak jauh dari pak tua yang kurus, dekil, dengan pakaian putih yang rapuh melekat di badannya.
Samar-samar Kiai yang kebetulan pendengarannya sangat baik itu mendengar bisikan doa Pak Tua: “Ya Allah, demi cinta Engkau terhadap diriku, mohon turunkanlah hujan saat ini juga.”
Saat itu juga, suasana yang semula panas, langit biru terang, tiba-tiba mendung menggumpal datang. Dan turunlah hujan yang sangat deras.
Melihat kejadian itu, Kiai Abdullah bin Mubarok terkesima. Karena penasaran, Kiai Abdullah mengikuti pulangnya orang-orang yang sudah bubaran dari salat Istisqa. Rupanya mereka adalah sekumpulan budak milik orang kaya. Budak-budak itu kembali ke barak  masing-masing.
Kiai Abdullah bermaksud membeli salah satu budak yang dikehendaki kepada sang majikan. Ketika bertemu, diutarakan maksud dan tujuannya.
“Sumangga, silahkan pilih budak yang hendak Anda beli,” demikian kata majikan pada Kiai Abdullah.
Kiai Abdullah mencari-cari seorang budak yang tidak lain Pak Tua yang dilihatnya di tanah lapang. Ternyata sampai lama tidak diketemukan juga. Maka Kiai Abdullah kembali kepada majikannya.
“Anda siapa? Budak macam apa yang Anda cari?” Tanya majikan budak heran.
“Saya Abdullah bin Mubarok. Yang saya cari adalah seroang tua yang berpakaian putih kumal!” Jawab Kiai Abdullah.
“O... Kiai Abdullah bin Mubarok yang terkenal itu. Selamat datang di tempat kami,” majikan menunjukkan rasa hormatnya. “Di pojok sana ada seroang pak tua yang mungkin Pak Kiai cari. Untuk yang satu itu gratis untuk Jenengan!”
Benar saja, Pak Tua yang dicari Kiai Abdullah ditemukan. Hari itu juga sang budak dimerdekakan, diberikan kepada Kiai Abdullah.
Di tengah jalan, Pak Tua bertanya pada Kiai Abdullah: “Pak Kiai, mengapa Anda memerdekakan saya?”
“Begini Pak Tua. Saya tadi sungguh takjub melihat doa Pak Tua yang makbul. Minta hujan seketika turun hujan. Mohon ijinkan saya berguru kepada Anda!” Jawab Kiai Abdullah penuh rasa hormat.
Pak Tua tampak kaget. Lantas terduduk lemas dengan wajah penuh kesedihan.
“Bolehkah aku minta kesempatan untuk salat dua rakaat di masjid terlebih dahulu?” tanya Pak Tua.
“Silahkan Pak Tua!”
Pak Tua segera menuju masjid dan salat tahiyat masjid dua rekaat. Kiai Abdullah juga salat seperti Pak Tua. Usai salat, Kiai Abdullah yang memiliki pendengaran bagus itu mendengar bisikan doa Pak Tua yang lembut.
“Ya Allah, rahasia antara Engkau dan aku sudah terbongkar. Berarti tugasku di dunia ini sudah selesai. Mohon kembalikanlah diriku kepada Engkau saat ini juga!”
Saat itu juga, Pak Tua tersungkur dari duduknya, wafat. Kiai Abdullah hanya bisa termangu-mangu melihat kejadian hebat di depan matanya.
Wali Allah memang selalu penuh rahasia dan misterius. Tidak seperti wali kesiangan, serta merta menampakkan kehebatan dan keanehan dirinya di depan orang banyak agar disebut wali.  (Ali Shodiqin)
(Diceritakan kembali oleh KH. Zaim Achmad Ma’sum pada malam Patbelasan PCNU Rembang, tgl.14 Oktober 2016, di Ponpes Raudlatut Thalibin Leteh Rembang)

1 komentar: