Gus Dur dan Kiai Khudori: Naik Selinder Saat Ngaji
Sebuah selinder lewat di depan pondok.
“Ayo naik selinder itu!” AjakGus Dur tiba-tiba pada Khudhori, setelah tahu gurunya tertidur pulas saat mengajar.
Alkisah, Abdurrohman Wahid alias Gus Dur ketika masih remaja dipondokkan ke Ulama teman ayahnya, KH Abdul Fattah, Tambakberas, Jombang. Mengingat Gus Dur adalah putra temannya sendiri yang juga seorang Ulama, Kiai Fattah mulang ngaji secara khusus kepada Gus Dur. Tidak dikumpulkan dengan santri-santri yang lain.
Agar Gus Dur tidak sendirian, maka dipanggillah seorang santri lain yang sebaya Gus Dur bernama Khudhori.
Tibalah saatnya mengajar Gus Dur dan Khudhori. Yang namanya Ulama besar, Kiai Fattah pastilah sudah sangat sibuk sekali. Sehingga tiba saatnya mengajar Gus Dur sudah kelelahan. Acapkali di tengah-tengah mengajar Kiai Fattah tertidur pulas. Dua bocah di depannya hanya bisa bengong menunggu gurunya yang tengah tertidur.
Saat itulah ada selinder lewat di depan pondok.
“Ayo naik selinder itu!” AjakGus Dur tiba-tiba pada Khudhori, setelah tahu gurunya tertidur pulas saat mengajar.
Mereka segera menghambur keluar dan naik selinder yang berjalan bak bekicot itu. Walaupun jalannya lambat, mereka sampai juga di Mojoagung, kampung sebelah. Merasa sudah jauh, mereka turun dan kembali pulang ke pondok.
Sampai di pondok,didapatinya Kiai Fattah masih tertidur. Namun tidak lama kemudian terbangun.
“Sampai di mana tadi?” tanya Kiai bermaksud menanyakan halaman kitab kuning yang akan diajarkan.
”Sampai di Mojoagung, Yi!” Spontan Khudhori menjawab.
Kiai Fattah: ”?????......”
Gus Dur hanya tertawa ngakak.
Belakangan Gus Dur dan Khudhori menjadi Ulama besar di zamannya.
(Diceritakan kembali oleh KH Yahya Cholil Staquf, saat mengisi Mauidhoh Hasanah di Haflah Maulid Nabi dan Haul Kiai Nawawi dan Masyayikh di Madin Nawawiyyah Tasikagung Rembang, Sabtu 5 Februari 2011) (Ali Shodiqin)