Masjid Syek Kholil Bangkalan
“Assalamu’alaikum Syekh.....” terdengar salam dari tamu itu.
“Wa’alaikum salam. Silahkan duduk Pak,” jawab Syekh Kholil.
Tampaknya tamu tersebut tengah membutuhkan penanganan
serius, sementara Syekh mesti mengajar. Syekh memilih segera menemui sang tamu.
“Kira-kira apa yang bisa saya bantu Pak?” Tanya Syekh penuh
perhatian.
“Begini Syekh. Saya hendak panen melon, sementara
akhir-akhir ini banyak maling yang suka menjarah hasil panenan. Saya mohon
Syekh memberi saya doa.”
Syekh diam sejenak. Kebetulan, sebelum kedatangan tamu,
Syekh tengah mengajar santri pemula tentang Nahwu. Sampailah pada contoh kalimat
‘QOOMA ZAIDUN’ (Zaidun berdiri).
Spontan Syekh berkata: “Baca doa ini ya “QOOMA ZAIDUN” sambil
mengitari sawah, menjelang panen sebanyak-banyaknya ya Pak!”
“QOOMA ZAIDUN. Begitu Syekh?”
“Ya betul! Sudah hafal kan?”
“Sudah Syekh. Terima kasih
ya Syekh.” Sang tamu pamit dan menjabat tangan Syekh dengan penuh
girang.
Benar saja, malam menjelang panen Pak Tani membaca wiridan
“QOOMA ZAIDUN...... QOOMA ZAIDUN...... QOOMA ZAIDUN......” sebanyak-banyaknya
sambil mengitari sawahnya.
Esoknya, ketika Pak Tani beserta warga lain yang hendak
memanen melon, dikejutkan oleh tiga orang yang tengah diam berdiri seperti
patung. Mereka hanya terdiam tidak bisa menggerakkan tangan maupun kakiknya.
Dari raut wajahnya tampak pada ketakutan melihat pemilik sawah dan
kawan-kawannya pada berdatangan.
“Ooo, rupanya kalian malingnya toh!” Seru Pak Tani sambil
memandang para maling yang pada gemetran itu.
Pak Tani baru sadar ternyata semalam sawahnya benar-benar
kedatangan maling. Doa yang dibacanya tampaknya diterima Allah SWT, sehingga
tiga maling di sawah itu tak berdaya.
“Alhamdulillah....” Seru Pak tani tertawa lebar.
Singkat cerita tiga maling tersebut akhinrnya diampuni dan
disuruh pulang tanpa dilukai sedikitpun.
Dan Pak Tani pun tidak sadar bahwa doa yang dibacanya boleh
dikata seperti “guyonan” saja, seolah-olah dia tengah banyak melakukan
amalan-amalan doa. Sebenarnya, nun jauh di sana, Wali Allah Syekh Kholil
Bangkalan tengah khusyuk bermunajat, agar apa yang dikeluhkan oleh Pak Tani
diberi jalan keluar oleh Allah SWT.
(ALI SHODIQIN)
(Sebagaimana diceritakan oleh KH. Roni Semarang, dalam acara
Patbelasan plus Harlah NU ke-93, yang diselenggarakan oleh PCNU Rembang, 21
April 2016, di Ponpes Raudhatut Tholibin Leteh Rembang).