KHA. Mustofa Bisri, dalam sebuah kolomnya yang berjudul "Kyai-Kyai" pernah menulis bahwa Kyai itu macam-macam. Ada kyai produk pers, kyai produk masyarakat, kyai produk politikus, kyai produk sendiri, dll. Tentang 'kyai produk sendiri' ini, Gus Mus punya cerita tersendiri.
Ketika diminta mengisi ceramah pengajian 14-an yang bertempat di Aula Pondok Pesantren Raudlatut Tholibien Rembang Gus Mus bercerita : Pernah terjadi, ada seseorang yang demam ingin jadi Kyai, sebut saja Sodrun. Entah dapat ide darimana, ia mengumpulkan teman-temannya untuk mendukung keinginannya itu. Mereka sekitar sepuluh orang dikumpulkan di rumahnya dan diberi pengarahan rahasia. Sebagai ganti jerih payah, mereka akan dapat uang saku. Kelompok yang baru dibentuk itu biasa disebut dengan 'tim sukses'.
Pada suatu malam, Sodrun menghadiri sebuah pengajian yang tergolong besar. Pada acara semacam itulah saat tepat untuk beraksi bersama kawan-kawannya. Maka ia pun telah siap dengan dandanan ala kyai. Pakai peci haji, jubah putih, kemudian sorban besar yang diikatkan di kepala. Masih ditambah sorban hijau yang melingkar di lehernya.
Mobil rombongan Sodrun sampai di arena pengajian. Ketika turun dari mobil, langkahnya dibuat pasti dan meyakinkan, layaknya kyai besar nan berwibawa. Kiri kanan diikuti oleh beberapa temannya yang macak santri. Baru dua langkah ia berjalan, dari depan, menyerbu beberapa orang untuk bersalaman dan mencium tangannya, yang tak lain adalah teman-temannya juga. Ulah bersalaman yang terburu-buru itu rupanya menarik perhatian pengunjung yang kebetulan melihatnya. Biasanya orang Indonesia melihat sebuah aksi, tanpa pikir panjang ikut-ikutan saja. Ada pencopet dipukuli misalnya, dengan serta merta mereka ikut-ikutan memukuli hingga babak belur bahkan hingga mati, mereka tidak menyadari, apa seharusnya seorang pencopet dihukum mati secara beramai-ramai seperti itu.
Seperti saat itu, mereka pun buru-buru ikut menghambur mendekati 'kyai' yang baru datang. Dengan antusias, mereka berebut untuk bersalaman, mencium tangannya, bahkan membolak-balikkan tangannya, tak perduli harus dengan berdesak-desakan pula. Dan tak peduli pula, siapakah sebenarnya 'kyai' itu.
Di tengah-tengah kerumunan pengunjung, tim sukses yang lain tak kalah seru beraksi untuk mendukung keberadaan 'sang kyai'.
"Mas tahu nggak siapa Kyai yang baru datang itu?" tanya salah satu tim sukses pada salah seorang pengunjung yang memang tampak sedang gumun.
"Memangnya Kyai siapa ya? Kok agung banget!" yang ditanya balik bertanya.
"Dia itu K.H.M. Sodrun, seorang waliyullah terkenal!" katanya berapi-api. "Aku bara saja bersalaman dan mencium tangannya!"
Yang mendengar penjelasannya pada berdecak kagum. Seperti tidak ingin kehilangan kesempatan, orang itupun turut pula menghambur bersalaman dengan 'Kyai Sodrun'. Beberapa orang yang disebar untuk menyebarkan 'gosip' yang sama berkeliaran dari segala penjuru. Jadilah Kyai Sodrun terkenal di kota itu.
Rupanya, kiat jitu yang dimainkannya tidak sia-sia, Kyai Sodrun benar-benar dianggap 'Kyai' oleh banyak orang. Hingga puncaknya, dia diangkat sebagai salah seorang penasehat penting di sebuah perkumpulan ulama di kota itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar