Saat muda, ketika masih menjadi santri KH. Zubair Sarang (ayahanda KH Maimun Zuber), Kyai Syahid sudah dikenal sebagai anak yang rajin belajar dan penyabar. Hal demikian diakui oleh temannya sendiri yang sama-sama sudah dewasa dan jadi orang penting, bahwa Kyai Syahid dari muda sudah menampakkan sebagai calon orang besar.
Suatu malam di dalam gotakan (kamar pondok), dengan penerangan lampu teplok, Syahid muda mendaras atau membaca kitab kuning. Di tengah-tengah keasyikan membaca kitab itulah, tiba-tiba lampu yang dipakai belajar mati tertiup angin.
"Alhamdulillah....," ucapnya serta merta. Tanpa curiga sedikitpun, Syahid menyalakan teploknya lagi dengan korek sambil tak lupa mengucap, Alhamdulillah.
Sesaat kemudian, lampunya mati lagi. Dengan sabar dan tanpa komentar Syahid menyalakannya.
"Alhamdulillah......," tak henti-hentinya Syahid berhamdalah.
Setelah itu barulah disadari ada sepotong batang daun pepaya yang dijulurkan seseorang dari luar gotakan yang dipakai meniup lampu. Dan benar saja, lampu mati lagi setelah tertiup angin dari batang daun pepaya.
"Alhamdulillah.....siapa sih ini?" gumam Syahid sambil menyalakan lampu.
Masih tidak peduli apa yang barusan dialami, Syahid melanjutkan baca kitab. Secepat itu ia melupakan peristiwa yang mestinya menjengkelkan hati.
Rupanya kesabaran Syahid muda yang luar biasa itu membuat teman yang menggodanya serba salah.
"Sepertinya sia-sia aku menggoda Syahid!" pikirnya. "Habis, tidak lucu!"
Galibnya, seorang teman menggoda teman tujuannya adalah iseng dan guyon, tapi tidak demikian dengan menggoda Syahid. Guyon itu tidak kesampaian. Akhirnya teman yang menggodanya itu muncul dihadapan Syahid dan mengaku telah menggodanya. Dan tak lupa ia minta maaf pada Syahid. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar