Rabu, 20 Maret 2013

KH. WAHAB CHASBULLAH, AWAS ADA MACAN


Pada lazimnya, bulan Syawal adalah bulan memulai untuk mondok bagi santri. Demikian pula dengan Wahab Chasbullah muda. Remaja dengan perawakan yang kecil, tidak terlalu tinggi, dan berkulit kuning langsat ini pergi merantau, hendak mondok di Pondok Pesantren yang diasuh oleh KH. Kholil Amin Bangkalan. Sementara itu, di pondok Kiai Kholil sedang mewanti-wanti para santri agar bersiap-siap, memperketat penjagaan. Karena tidak lama lagi akan datang macan di pondok. Tentu para santri ‘sendika dawuh’ mengingat di sekitar pondok memang masih berupa hutan belantara.

Berhari-hari, hingga minggu dua minggu para santri berjaga-jaga, macan yang dimaksud tidak datang juga. Hingga pada minggu ketiga muncullah seorang pemuda kurus menenteng kopor seng menyapa dengan salam.

“Assalamu’alaikum........,” ucap pemuda itu dengan sopan. Mendengar salam itu, sontak Kiai Kholil berteriak: “Santri-santri, macannya sudah datang. Ayo kita usir, jangan sampai masuk pondok!”

Sontak para santri pada ribut, mengambil apa saja yang bisa untuk mengusir macan. Sang pemuda yang melihat puluhan santri membawa senjata menyerbu ke arah dirinya, langsung saja kabur sejauh-jauhnya.

Sang pemuda yang tidak lain adalah Wahab Chasbullah belum bisa mengerti, mengapa dirinya diusir-usir seperti macan yang ditakuti. Tekad hatinya adalah menuntut ilmu, maka keesokan harinya ia datang lagi ke pondok Kiai Kholil.

Apa yang terjadi masih sama dengan kemarin. Ia diusir ramai-ramai oleh para santri hingga membuat dirinya kabur. Niat untuk nyantri di hati Wahab Chasbullah tetap tidak surut. Hari ketiga ia datang diam-diam pada malam hari. Mungkin saking lelahnya diusir-usir terus, akhirnya Wahab tertidur di bawah kentongan surau.

Tak disangka, malam itu Kiai Kholil sendiri yang 'ngonangi' pemuda itu, maka segera dibangunkannya. Setelah Wahab bangun serta merta dimarahi habis-habisan oleh Kiai Kholil. Wahab muda dibawa ke kediaman Kiai Kholil dan diintegrosi, apa gerangan maksud dan tujuannya.

Setelah berhasil menjawab semua pertanyaan Kiai Kholil, akhirnya Wahab Chasbullah diterima sebagai santri Kiai Kholil. Kelak Wahab Chasbullah muda yang diisyaratkan sebagai macan itu menjadi seorang Kiai besar dengan nama KH. Wahab Chasbullah. Beliau menjadi seorang Kiai yang sangat alim, berwibawa bak macan, ahli berdebat untuk sebuah kebenaran, pendiri Komite Hijaz, pembaharu pemikiran, pejuang kemerdekaan, tokoh nasional, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar