Bukan rahasia umum, salah satu yang dirisaukan oleh orang yang punya hajat adalah apabila datang hujan di saat hari H. Tidak terkecuali seorang Bupati di Bangkalan yang hendak mantu. Tentu Pak Bupati tidak ingin di saat ia punya gawe nanti tamunya sedikit. Padahal perencanaan sudah sangat matang, dan biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Pagi itu ia datang ke kediaman Syekh Kholil.
“Syekh, saya hendak mantu. Tolong doakan saya, semoga di
hari saya mantu nanti tidak hujan!” Pinta Pak Bupati pada Syekh Kholil.
“Begitu. Baiklah, tunggu sebentar ya Pak!” Syekh Kholil
masuk ke dalam kamarnya.
Tidak lama kemudian Syekh Kholil keluar sambil membawa
lipatan kertas bekas bungkus obat nyamuk.
“Ini, paku lipatan kertas ini di pintu masuk rumahmu ya!”
Kata Syekh pada tamunya.
“Terima kasih Syekh!” Kata Pak Bupati pamit.
Pak Bupati melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Syekh
Kholil. Benar saja, di saat Pak Bupati sedang mantu, suasana terang benderang.
Hujan benar-benar tidak turun. Pak Bupati sangat bahagia, ia merasa acaranya berjalan sukses. Tamunya banyak yang datang
seperti harapan.
Setelah beberapa hari berlalu, tiba-tiba terbesit di benak Pak
Bupati rasa penasaran.
“Kira-kira apa ya, yang dituliskan Syekh Kholil di kertas
itu?” Batin Bupati.
Setelah lama direnungkan, muncul keberaniannya untuk membuka
lipatan kertas obat nyamuk dari Syekh Kholil. Ia mengambil lipatan yang dipaku
di belakang pintunya.
Dengan hati berdebar, dibukanya lipatan kertas tersebut.
GUBRAK!!!
Pak Bupati nyaris terjengkang karena kaget dengan apa yang
tertulis. Betapa ia sangat terkejut, yang tertulis di kertas itu tidak seperti
yang ia duga. Bukan tulisan doa-doa arab yang panjang, atau kalimat-kalimat
bahasa Madura sebagai permohonan doa pada umumnya. Sesaat kemudian ia tertawa
keras-keras karena terbawa rasa lucu yang luar biasa.
Tulisan itu berbunyi: “Anu-nya Pak Bupati besar sekali!”
(ALI SHODIQIN)
(Cerita dari mauidhoh hasanah Pembicara di Haul Masyayikh
Ponpes Al Irsyad Rembang Jawa Tengah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar