Ketika Gus Dur masih menjabat sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU, menurut cerita Gus Dur sendiri, tepatnya di acara Seminar yang diselenggarakan oleh IPPNU Cabang Rembang di Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Leteh Rembang. Di PBNU pernah pernah kedatangan seorang ulama dari negeri Pakistan. Di sela-sela pertemuannya dengan Gus Dur, Kyai Pakistan itu minta sesuatu kepada Gus Dur.
"Tolong Gus, perintahkan pada umat Sampeyan agar mengirim Fatekah kepada warga Pakistan. Karena warga Pakistan tengah tertimpa musibah!" pinta Kyai Pakistan pada Gus Dur.
"Inna lillah..... Musibah macam apa yang sedang menimpa negerimu?" tanya Gus Dur.
"Pakistan kini tengah dipimpin oleh Perdana Menteri wanita!" jawabnya sangat serius.
Lantas Kyai Pakistan itu menjelaskan tentang Sabda Nabi, bahwa sebuah musibah jika ada negeri yang dipimpin oleh kaum wanita. Dasar berhadapan dengan Gus Dur, justru Gus Dur tidak sependapat jika wanita tidak boleh memimpin. Menurut Gus Dur, larangan wanita memimpin itu dicanangkan oleh Nabi dengan kondisi saat itu, yang mana seorang pemimpin harus kuat dan perkasa. Kekuasaannya nyaris mutlak. Berbeda dengan saat ini, sebuah kebijakan pemerintahan harus dijalankan berdasarkan sistem, misalnya dengan kabinet atau parlemen, tidak sendirian. Banyak diantara kabinet itu rata-rata laki-laki, jadi wanita memimpin tidak lagi mutlak. Mendengar jawaban Gus Dur yang demikian, Kyai Pakistan itu tetap ngotot.
"Sudahlah, pokoknya kami minta dikirimi surat Fatekah! Gitu saja!"
Gus Dur tersenyum, dan permintaan Kyai Pakistan itupun diturutinya dengan senang hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar