Siang itu, ketika Gus Dur masih mengaji pada Kyai Bisri Syansuri, datanglah seorang tamu dari sebuah kampung. Tamu tersebut hendak menanyakan perihal hukum berkurban.
"Kyai, saya punya seekor sapi, sementara anak saya jumlahnya delapan. Bagaimana mengatasi ini? Katanya seekor sapi hanya untuk tunggangan 7 orang saja. Padahal anak saya yang ke delapan, yang paling kecil, juga perlu mendapat tunggangan di akherat?"
"Begini saja, beli satu ekor sapi lagi, atau jika tidak mampu tunda tahun depan!" jawab Kyai Bisri Syamsuri spontan.
Namun jawaban Kyai Bisri Syansuri sangat memberatkannya. Beli sapi satu lagi sudah tidak mungkin, ditunda tahun depan lebih tidak mungkin. Kyai Bisri pun ingat, ada seorang kyai sepuh yang pasti lebih bijak memberi jawaban.
"Begini saja, datanglah ke kediaman Kyai Wahab Hasbullah dan tanyakan perihalmu!" kata Kyai Bisri memutuskan.
"Dur, ajak orang ini sowan ke dalemnya Kyai Wahab Chasbullah!" perintah Kyai Bisri Syansuri.
Maka Gus Dur pun segera beranjak hendak mengantar tamunya itu. Dengan naik sepeda onthel, orang itu diantar ke kediaman Kyai Wahab Chasbullah.
Di kediaman Kyai Wahab, orang desa itu menanyakan kembali masalahnya. Juga diceritakan akan jawaban Kyai Bisri Syansuri barusan.
"Jika beli satu kambing lagi Bapak bisa?" tanya Kyai Wahab kemudian.
"Bisa Kyai!"
"Nah, kalau begitu, beli saja seekor kambing! Nanti anak ke delapan ikut kebagian tunggangan di akherat!" jawab Kyai Wahab.
Maka legalah orang kampung itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar