Dalam dunia perpolitikan, lembaga manapun termasuk NU akan bersusah payah menempatkan lembaga pada posisi netral, tidak memihak salah satu kontestan manapun. Namun, tidaklah mudah menjelaskan kepada umat, terutama umat pers, bahwa NU itu netral. Puncaknya adalah ketika Pemilu tahun 2004.
Untuk menegaskan bahwa NU netral dalam hal ini, maka dikeluarkanlah pernyataan sikap langsung dari pimpinan tertinggi di NU yaitu Rais 'Am PBNU, KHA. Sahal Mahfudz.
Rupanya pernyataan sikap yang dilontarkan sekali saja tidaklah cukup, terbukti untuk semakin menegaskan akan kenetralan NU, agar orang tidak lagi banyak bertanya-tanya, Kyai Sahal perlu menyampaikan pernyataan sikap itu secara berkali-kali. Hingga puncaknya sikap itu kembali dibacakan di sebuah acara yang bertajuk Silaturrahim bersama Rais 'Am NU dan Do'a bersama untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh KHA. Mustofa Bisri dan KH. Muadz Thohir di Pondok Pesantren Hamdalah Kemadu Rembang asuhan Kyai Alhamdulillah, KH. Syahid.
Ketika tengah memberikan sambutan sebagai penyelenggara, Gus Mus berujar, jika dengan Kyai-Kyai lain mereka masih kurang percaya, maka setidaknya dengan Pimpinan Tertinggi NU, yaitu Rais 'Am NU KHA. Sahal Mahfudz, mesti harus dipercaya.
"Jika tidak lagi percaya dengan Pimpinan Tertinggi NU, berarti sudah tidak percaya pada NU. Jika demikian adanya, silahkan saja keluar dari NU, toh ormas masih banyak. NU tidak akan mati ditinggalkan umatnya!" kata Gus Mus dengan nada prihatin.
Dalam acara silaturrahim itu, Kyai Sahal enggan bicara langsung, tapi mesti membaca naskah. Kata beliau, takut salah ucap hingga akibatnya bisa ditafsirkan macam-macam oleh orang banyak terutama media massa yang justru akan menambah masalah.
Naskah pernyataan sikap yang dibacakan langsung oleh Kyai Sahal, yang juga dibagikan kepada pengunjung dalam bentuk buku kecil, pada alenia kelima tertulis :
".....Namun mungkin karena luasnya dampak persoalan ini dan besarnya ghierah kalian terhadap NU dan warganya, terhadap Indonesia dan rakyatnya, kalian memerlukan 'dawuh' saya selaku Rais 'Am. Maka saya sebagai khadam dan pelayan kalian sudah semestinya menuruti permintaan kalian"
Jika dicermati, ternyata ada yang unik dalam ucapan beliau yang mencerminkan betapa tawadhu'nya Kyai Sahal Mahfudz. Itu bisa dilihat ketika sampai pada kata-kata :
"...kalian memerlukan 'dawuh' saya selaku Rais 'Am....!"
Yang terucap dari lisan Kyai Sahal justru berbeda, yaitu :
"....kalian memerlukan 'maqolah' saya selaku Rais 'Am."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar